Blogspot.com

Alasan Ilmiah Banyak Orang Tak Peduli Social Distancing Corona

Pandemi virus corona memaksa sejumlah negara untuk menerapkan kebijakan pembatasan sosial. Dengan kebijakan tersebutlah laju persebaran virus diharapkan melambat agar kita dapat segera mengontrol kondisi pandemi saat ini.

Namun, sebagian orang tidak mematuhi kebijakan tersebut. Kita dapat melihat contohnya dari kasus beberapa mal di Indonesia yang ramai dipadati pengunjung menjelang Lebaran, hingga berlangsungnya pesta ulang tahun di California, AS, di pertengahan Mei 2020 yang menciptakan klaster baru infeksi corona.

Lantas, apa yang menyebabkan orang-orang acuh terhadap imbauan pembatasan sosial tersebut? Bukankah kebijakan itu bertujuan untuk menyelamatkan nyawa mereka sendiri?

Menurut Joshua Ackerman, seorang profesor psikologi di University of Michigan, individualisme menjadi penyebab penting kenapa orang-orang tersebut acuh kepada kebijakan kesehatan di tengah pandemi.

"Kalau orang berpikir masker adalah alat perlindungan diri dan kamu tidak berpikir demikian, kamu tidak akan menggunakannya," jelas Ackerman kepada ABC News.

Senada dengan Ackerman, Sten Vermund, seorang dekan di Yale School of Public Health, menyebut bahwa orang yang melanggar pembatasan sosial tidak punya rasa perhatian kepada orang lain.

"Mereka tidak melihat risiko pribadi yang cukup dan mereka tidak memiliki rasa altruisme yang akut," katanya.

Tak hanya soal individualisme, kemampuan orang untuk mengambil risiko juga jadi alasan mengapa ada sebagian kelompok yang melanggar pembatasan sosial.

Profesor psikiatri di Universitas Yale, Rajita Sinha, menjelaskan bahwa ketidakpastian tentang kapan pandemi akan berakhir, akses informasi, dan keyakinan mendasar seseorang dapat memengaruhi orang tersebut untuk melakukan tindakan pencegahan.

"Fitur-fitur tersebut dari pandemi saat ini benar-benar menempatkan kebutuhan orang untuk kontrol yang merupakan aspek penting dalam mengatasi masalah," kata Sinha. "Mendapatkan kendali adalah cara dasar kita mengatasinya."

Sinha menambahkan, ada beberapa faktor lain yang mendorong orang mengambil risiko di tengah pandemi. Salah satunya adalah kecemasan soal pengangguran, yang membuat mereka tidak peduli lagi dengan urusan kesehatan.

Virus corona sendiri telah menginfeksi lebih dari 6,1 juta orang hingga Minggu (31/5). Sebanyak 2,7 juta pasien COVID-19 berhasil sembuh, sedangkan 371.000 orang meninggal dunia.

Menurut Ackerman, kurangnya pesan yang terpusat dan konsisten dari pejabat suatu wilayah, serta adanya polarisasi sumber berita, akan membuat orang mengambil pilihan yang berbeda.

Dia menambahkan, kemungkinan akan ada peningkatan kasus orang yang tidak mematuhi kebijakan pembatasan sosial untuk menjaga jarak dan menutupi wajah ketika negara-negara akan membuka kembali ekonomi mereka. Menurutnya, gagasan pelonggaran pembatasan sosial itu bisa menimbulkan perasaan psikologis bahwa pandemi telah berakhir karena kehidupan tampaknya kembali normal.

Meski demikian, Ackerman menegaskan, pelonggaran pembatasan sosial dapat memberikan rasa aman palsu kepada sebagian orang.

"Jika kita berpikir tentang informasi yang diberikan kepada orang-orang, salah satu tujuan yang diberikan adalah kita harus meratakan kurva. Sejauh orang berpikir bahwa kurva telah landai, mereka mungkin berpikir yang terburuk ada di belakang mereka," kata Ackerman, dikutip dari ABC News.
Untuk mengatasi masalah ketidakpedulian orang atas pembatasan sosial, imbauan yang jelas dan konsisten dari pejabat di sebuah wilayah menjadi kunci penting.

Sinha mengatakan, orang lebih cenderung mematuhi perintah kesehatan jika mereka memiliki pemahaman yang jelas tentang bagaimana hal itu memengaruhi orang-orang di sekitar mereka.

"Itu dapat dilakukan jika Anda dapat membangun narasi di sekitarnya. Jika Anda mengartikulasikan narasi lengkap bahwa kita sedang bergeser dan bersiap untuk fase berikutnya, beberapa orang akan mendengarkan," katanya.

Baca juga berita menarik lainnya :
Tukang cukur cantik dan seksi ini bikin pelanggan tak berkedip 
Dituduh mastub4si dipesawat pramugari ini ungkap kebenarannya 
Mengaku diganggu hantu,presiden brasil pindah dari istana mewahnya 
Heboh,wanita asal amerika ini lelang dirinya dipasar jodoh 
Baru 5 menit bekerja presenter ini dipecat karena terlalu cantik 
cantiknya putri arab kenakan kostum penari bali sehabis spa 
kepergok maling pakaian ditoko,gadis ini dipaksa bug1l oleh warga 
Carrina linn,suster super seksi yang bikin netizen panas dingin 
ritual aneh janda di cina,berbaring didalam tanah seperti mayat 
Unik!warga desa ini selalu tak berbusana saat beraktifitas 
Heboh,polwan tertangkap kamera berhubungan s3ks dimobil patroli 
(Geger) pria berhubungan s3ks dengan sapi sapi dijalan hebohkan warga 
Diejek punya v4gina besar,wanita operasi demi pede bercinta 
Waduh gadis ini punya 3 payud4ra 
Karyawan separuh tel4njang,barber shop ini laris didatangi pria 
Lompat2 tanpa br4 dipantai,payud4ra nikita mirzani bikin geger 
Selfie bareng maria ozawa,nikita mirzani tampil lebih seksi 
Memalukan payud4ra britney spears jadi tontonan diatas panggung 
Abg-abg penjaja s3ks,gentanyangan ditempat pemakaman umum 
penjaga warung kopi ini viral,cantiknya bak model 
Curhat P5k,dia pake saya 2 kali tapi gak mau bayar 
(edan) Video H0T SMU begituan di semak-semak 
Ada Mahasiswi ngajak ngamar,eh ternyata cuma modus 
Weleh-weleh ini anak sd jaman sekarang 
(GEGER) Viral foto pns c1uman massal bikin geger saat valentine 
Koplak.Pura2 coba baju,sepasang pelajar m3sum diruang ganti mall surabaya 
Foto diduga kepala sekolah pamerkan payud4ra hebohkan makasar

Related : Alasan Ilmiah Banyak Orang Tak Peduli Social Distancing Corona

0 Komentar untuk "Alasan Ilmiah Banyak Orang Tak Peduli Social Distancing Corona "